Senin, 21 November 2016

Pameran Seni Religi "Akulah Jalan"

Sebuah Eksposisi Seni Rupa, Bagaimana seni menyoroti kehidupan modern yang dipenuhi dengan kompleksitas keterikatan dunia material yang tidak pernah ada habisnya? Sementara dunia modern menawarkan kemajuan, kebaruan, kenikmatan demi memenuhi dunia eksternal manusia, tanpa bisa menjangkau kebutuhan mendasar manusia akan kerohanian. Agama sekalipun kian sulit manjawab tantangan jaman justru karena lekat dengan ritualisme. Problema kemanusiaan tak mampu memenuhi sisi kerohanian dengan yang materialistik ataupun ritualistik. Sebagian orang mencari pemenuhan tersebut melalui jalur spiritualisme dan ada pula yang berani melabuhkan dalam keyakinan imani melalui jalur artistik. Perupa SERUNI, terdiri atas Setiyoko Hadi, Daniel Jakre, Tedianto Handoyo, Wisnu Sasongko, dan Sugiri Wiliam mengeksposisi pengalaman-penghayatan iman kristen yang dibangkitkan dari sebuah petikan Injil Yesus Kristus, “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup” lewat ekspresi seni lukis. Di mana penghayatan teks Injil boleh dimaknai secara personal sekaligus menyatukan keragaman pendekatan antar perupa dan kegiatan ini secara khusus mengundang pemirsa untuk membangkitkan suasana dialogis termasuk kritik yang dapat menghidupi seni sebagai peristiwa. Seni rupa telah sekian lama berada di luar dari tradisi religi oleh sebab pemisahan antara yang sakral dan sekuler, bahkan seni acap kali dicap “berbahaya” oleh karena dapat mencondongkan hati manusia kepada penyembahan berhala. Dahulu seni rupa menjadi bagian penting untuk membangkitkan semangat keagamaan kristen dan telah menyumbangkan kebudayaan Religi di abad Pertengahan yang memuncak di era Golden Age. Pada konteks saat ini keberadaan seni rupa religi berada di dua tempat yang berbeda, yakni konteks seni dalam peribadatan dan di luar itu maka olah religi-spiritualitas seni berada di kancah universal. Pada level ini ungkapan seni berani mengambil jarak demi menilai tradisi ikonik maupun teologis untuk dapat merefleksikan pengalaman spiritualitas dalam bahasa yang universal. Keterhubungan antara seni dan religi merupakan suatu keniscayaan, mengingat kuatnya memori sejarah yang ditopang oleh kebutuhan akan seni reflektif pada masa kini. Yakni seni bisa diisi oleh pengalaman spiritualitas atau bahkan sebaliknya, yakni pengalaman trauma akan religi menjadi kekuatan ungkapan seni. Keduanya dapat sama-sama menyajikan kekuatan ekspresi sekalipun berasal dari sumber berbeda. Pengalaman menghayati iman kristen menyatukan perupa Setiyoko Hadi, Daniel Jakre, Tedianto Handoyo, Wisnu Sasongko, dan Sugiri Wiliam yang pada kesempatan ini menampilkan refleksi tema “Akulah Jalan” lewat berbagai gaya seni lukis. Ada yang mengolah aspek ikonografi ke dalam pendekatan optikal, naturalis, impresif, ekspresif. Ada pula yang intens dalam gaya bertutur visual secara imajinatif. Pameran ini kiranya menjadi sebuah keberanian menyaksikan cinta di tengah apatisme, harapan di tengah keputusasaan, syukur di tengah ketidakpuasan, ada Rahmat ditengah keterbatasan akal-budi. Kritik terhadap seni keagamaan yang bersifat kotbah visual, yakni orang dibuat terlalu cepat mengalami fullness atau kepenuhan untuk menambal ruang-ruang kekosongan jiwa manusia. Memang kepenuhan rohani adalah hal yang paling diingini oleh orang-orang beragama. Kebalikkannya, seni pada masa kini justru menampilkan sisi emptienss atau kekosongan di mana orang diajak untuk meneruskan sendiri perjalannya ke dalam pengalaman sublimasi. Melalui tema pameran seni lukis “Akulah Jalan” oleh perupa SERUNI, menampilkan ragam pengalaman, penghayatan teologis beserta gaya pendekatan artistik sekaligus demi meyakini jalan kesenian ini bisa memberi kontribusi secara khusus maupun lebih luas. Wisnu Sasongko, S.Sn. M.Hum. (Penulis & Perupa tergabung dalam komunitas SERUNI)

Kamis, 22 September 2011

Artistic Statement

“Here from the corner of my studio I always would return to simplicity! I would prefer laughing at myself, being cathartic, ambiguous in such negotiations of pluralist society. And from there, I would always return to the nature of humanity.” _____ _____ Wisnu Sasongko has exhibited in many national solo and group expositions since 2000, such as in Yogyakarta, Jakarta, Bandung and Bali. He also took part in various painting exhibition events in Canada, USA, Switzerland, Malaysia and Singapore. In 2004-2005 he was Artist in Residence for an artistic research program at OMSC (New Haven, CT, USA), sponsored by the United Board of Asian Christian Higher Education. There he had several solo exhibitions, made a study tour at a museum arranging an art book and made a short documentary movie. He was invited by Mission 21 in 2008 to present Indonesian Christian art in Switzerland. ___ ___ Since 2010 he has done research on the subject of modern Indonesian Christian art expression, while he spoke in academic forums on various Christian universities in Yogyakarta, Bandung and Jakarta. In the same year he started together with other artists a group of Indonesian Christian art called Seruni to initiate various art exhibitions and events at universities such as Maranatha Christian University in Bandung (2011-2013), School of Theology Jakarta (STT, year 2012), Pelita Harapan University (regular art exhibition since 2011 until now), The Great Commission School of Theology or STTA (2012). ___ ___ Work Process My paintings use conventional materials as acrylic paint and textural pallet techniques on canvas. I paint in a figurative way that is transformed into a decorative style. In my work I bring together all of my daily experiences, biblical reflection and artistic ideas. I include human forms and gestures to express the miracle of life. Indonesia has a pluralistic culture in which I aim to contextualize spiritual experiences of Love as real events. Christian art in the classical sense is over, which means that a renaissance is needed to develop a new iconography. Christian art in Indonesia today is confronted by cultural plurality and current developments in contemporary art, so it takes courage to offer artistic values in depth, uniqueness and freshness.